Ini adalah terakhir project yang saya kerjakan pada sebuah appartemant kapasitas 70 kamar dengan kontribusi 13 channel movie 10 film esek- esek dari batas umur 12 sampai 18 tahun minimum dan 3 channel Action. Adalah sebuah sistem jaringan yang terhubung langsung dari pusat penyedia jasa layanan Audio dan Video. TV Kabel ini biasanya digunakan untuk kebutuhan layanan Hotel atau bahkan masyarakat umum, sistem kerja TV Kabel ini bisa anda praktekkan sendiri dengan mudah dan gampang. Bahkan dengan sistem ini anda bisa memanfaatkannya sebagai usaha kecil dirumah, apalagi jika anda penghuni sebuah komplek perumahan elite atau RSS sekalipun. Misalkan saja jika anda mampu melayani 100 KK dengan iuran 50 ribu/bulan apa anda tak tertarik untuk memulai bisnis ini. Saya hanya menyemangati anda sekalian masalahnya saya sendiri tak punya job di Indonesia makanya saya lari ke Luar negeri ini hanya untuk mencari sesuap nasi. Maklum modal DENGKUL (Ambisi Kuat Modal Melarat).
Selanjutnya peralatan dan Accesories apa saja yang perlu anda persiapkan:. Receiver,Video Beta,VCD,DVD player tergantung kebutuhan berapa chanel yang akan anda luncurkan. Disecq switch/ spliter 1: 4 dan 1: 2. Coaxial cable RG 6 U 75 ohm. Conector RF/Arial. Booster Amplifier VS-80 atau yang equivalent.
Nippon Booster V-5000. Antena Parabola sesuaikan dengan kebutuhan receiver yang tersedia. Itu hanya formalitasnya saja sedangkan cara installnya pada bagian lain akan saya tunjukkan. Kunci utama yang perlu anda ketahui adalah Booster, fungsi sebenarnya adalah menerima dan menyaring noise sinyal Audio dan Video yang berasal dari sinyal RF (radio frekuency) Receiver,Video Beta,VCD,DVD player dll kemudian mentransfer kembali hasil olahnya ke sebuah Tuner TV.
DETV actually delivers their decoder through courier, no installer comes. Indovision Satellite Tv. For the first time my house has a good lcd tv with Indovision Sat decoder and smart card. Its possible to pick up.
Biasanya sebuah booster mampu menerima frekuency VHF,UHF 21-69 dan FM makanya hati – hati kalau membeli peralatan itu lihat dulu kapasitas daya terimanya serta kemampuanya dapat mensuplay berapa buah TV. Hasil penelitian saya Booster VS-80 bisa digunakan oleh 30 buah TV dan 20 Chanel, semua sudah sering saya praktekkan saat installasi disebuah penginapan, dan tempat rekreasi yang berkapasitas kurang lebih 100 kamar.(Project 35 room Januari 2008) dengan radius 500 meter dari central Broadcasting hasilnya 20 chanel cukup jernih, jadi booster itu sangat cocok jika anda gunakan dalam lingkup tetangga atau komplek Perumahan dimana anda tinggal. Fungsi Booster Nippon sendiri pada kenyataanya sudah anda fahami sendiri di Indonesia rata-rata untuk mendapatkan TV lokal kita harus menggunakan UHF/VHF Antena dan booster.
Tanpa booster hasilnya kurang jernih alias banyak semutnya kata Mandra, Pada TV Kabel fungsinya sama juga setelah pengaturan frekuency RF dari sumber utamanya selesai proses selanjutnya pilah – pilah frekuency UHF dan VHF kemudian sambungkan sesuai port nya ke input booster tadi. Spliter pada TV Kabel berfungsi mengatur lalu lintas frekuency yang dihasilkan oleh VS-80 dan meluruskan ke jalur input Tuner Tv, selain itu menetralkan tegangan yang berasal dari Tuner sendiri agar tidak terjadi tumpang tindih. Saya jay dari NTT sekarang domisili di batam.saya disuruhtangani proyek di sebuah hotel yang lagi dibangun, proyek tv di semua ruangan (conection Cable). Keahlian saya di Networking Topologi (komputer) sedangkan untuk TV NIL BESAR. Jumlah kamar hotel 400 Kamar kira2 bagaimana ya memulainya.? Apakah bisa digabung dg internet conection agar hemat kabel.?
Setahu saya tiap kamar hotel dapat berganti chanel tv, berart tiap kamar mempunyai parabola sendiri atau ada satu parabola yang mampu mensuplai puluhan kamar walaupun mereka kadang serempak berganti chanel.? Mohon pengajarannya pa. Salam kenal Bro Jay,wah proyek besar bagi donk Untuk koneksi TV Kabel gak bisa digabung dengan Internet donk ibarat rel kereta Api dilewati Bus apa jadinya. Jika rencananya tiap kamar ada TV kabelnya gampang saja gunakan spliter 8 in 1 out jadi tiap kamar mempunyai jalur sendiri2. Saya di kampung saya membuat TV Kabel ini, namun yang jadi soal boster-nya, klo memang Boster VS-80 bagus dimana saya bisa beli. Karena di tempat saya tinggal susah mendapatkan barang – barang buat distribusi channel tersebut. Channel yang saya punya 10 channel, dan peralatan yang saya pakai: 1.
6 Modulator Digisender VHF 2. 1 Modulator 4 channel Telview VHF 3.
Boster pakai winersat WCA-5086. (jadi total siaran 10 Channel), yang jadi soal modulator digisender dan telview susah diajak sinkron, terlihat sekali bayang – bayang antar channel. Mohon jika ada perangkat yang bisa saya beli untuk mengganti peralatan saya, berapa harganya, rencana saya kedepan untuk bisa 16 – 20 channel dan boster induknya. Serta harga mati perangkat tersebut. Ok terima kasih infonya pak prosat, tapi yang jadi kendala ditempat saya susah cari barang tersebut, jikapun bisa dapat itu pesan dulu. Untuk Saat ini hanya saya filter pake spliter. Untuk pak budiyanto: saya mendistribusikan channel lokal semua, sebab di daerah saya jauh dari pemancar TV UHF, sedangkan parabola sering di acak, jadi saat ini untuk siaran yang lokal yang diacak (jika ada acara bola, TV-7 saya pake Indovision, dan TV-one saya pake matrix soccer sisa kenangan piala dunia).
Untuk Channel yang saya distribusi semua di VHF Code: S3 – S10, E5 – E12. Untuk Boster Winersat freq 47 – 860. Lokasi Pendopo Muara Enim (SUM-SEL).
Untuk distribusi ke rumah – rumah ada yang menggunakan spliter ada yang saya gabung antar kabel aja (alias di ikat), tanpa menggunakan alat ukur, hanya menggunakan ilmu kira – kira saja. Kualitas gambar lumayan lah, hanya ada beberapa channel yang terasa tumpahan berasnya. Itupun sudah yang di paling ujung distribusi saya. Jika ada masukan yang lebih baik saya sangat mengharapkan sekali. Untuk pak prosat, saya minta informasi receiver yang untuk siaran lokal tidak teracak, apalagi ini sudah dekat acara euro 2008.
RCTI, TPI, GLOBAL pasti diacak. Hallo mas pro, saya sekarang uda buka TV. Kabel, tapi setres mas pelanggan komplen terus enggak bisa tenang,kadang gambarnya macet seperti VCD rusak, kadang kabur dan bebayang gambarnya.Tolong nasehatnyalah mas gimana biar pelanggan tidak komplen. Sebagai gambaran TV kabel saya ada 24 chabel dengan mengunakan 6 mudulator ( 4 modulator winersat tipe WR 688 dan 2 modulator metrix tipe VM.5500 ) receiver ada 22 ( Truman 8 dengan 2 induk, megic 12 unit, Metrix soccer 2 unit ) ditambah 2 unit TV Tuner merk gadme. Booster televes satu unit dan parabola ada 3 ( 1 parabola FTA dan yang 2 berbayar ) dan ditambah antena untuk kombinasi semuanya pakai spliter dan menuju ke Pawer Suplay lalu ke pawer inserter terus dan jaringan luar saya pakai kabel RG 11 ( venus dan Andrew ) jarak pelanggan paling jauh lebih kurang 3 km dan dijaringan RG 11 pakai Booster metrik dan kobecmoc. Jadi kira-kira gimana mas biar mantap dan anggak setres atau adalagi mungking tambahan alat biar TV kabelnya mantap.
Dan mas budiyanto tolong bantu juga dong. 1.Halo Mas Budiyanto makasih ya mas atas sarannya, tapi memang saya enggak pakai kombiner dari modul ke Spliter, atau mungkin itu kali pengaruhnya mas makanya gambarnya sering kabur dan berbayang-bayang, terus booster induk yang saya pakai juga Booster televes, kira-kira gimana mas atau memang harus pakai kombiner ( merk dan ukurannya apa mas ) dan boosternya diganti, kalau boster diganti yang bagus pakai apa mas ( merek dan ukurannya) 2. Sebenarnya pungsi kombiner itu untuk apa ya mas?
Tapi mas saya pakai pawer suplay yg 10 amper jarak 3 km sudah enggak sanggup jadi saya sudah nambah lagi numpang di rumah pelanggan ( booster yang sudah saya pakai ada 7 booster, yg 5 arus listriknya dari power suplay yg disentral dan yg 2 dari power suplay yang numpang di rumah pelanggan. Salam kenal untuk semuanya. Sy pasang TV Kabel mulai tahun 2002, dah 6 tahun s/d saat ini (2008). 9 chanel lokal FTA dengan freq.
Boster sy pake Televes, Boster sambut pake Masda 8888. Dengan jumlah pelanggan 120 org gbr cukup bagus dan merata. Kabel RG 6 Matrix. Namun kendala yang sering sy hadapi adalah kalo hujan Bosster sering habis di singgahin petir. Sekali kena lumayan banyak, kadang sampe 10 boster abis. Jumlah seluruh boster yang saya pake hampir 15 boster. Jarak antar rumah rata2 25 meter.
Boros dan ribet memang. Makanya sekarang sy rehab ulang dan freq pake VHF. Kabel RG 11, Power Inserter dll. 12 Chanel Cling tanpa bintik.
Lae/mas Togar.aslinya mana nie??jawa bisa,batak bisa.produk yg diunggulin Sevilla kan merk FALCON,webnya ada di lae cek lah.dia malah ngajak jadi agen tuh.susurin lae aja kl minat.Di jakarta seh ada yg jual peralatan tv kabel,cm webnya aku ga tau.Tempat saya bekerja jg sebenarnya agen EQUIPMENTnya CATV dgn brand ACI,komplit dari harga 10rbjt. (www.acicomms.com),tapi peralatannya untuk broadband,kami pake produk ini di bandung,tapi laeharganya lumayan mahal.btw utk info lbh detil masalah teknik tv kabel mail aja ke,mkn kita bisa diskusi lbh dalam.matur nuwunmauliate. Mas Budiyanto,kemaren aku lupa buat.kl jaringan nya harus pake kabel 0.500″(setara dgn RG15),insertion loss nya cm 0.07db/m di freq 550 Mhz.pake RG 11 msh belum support,bisa-bisa bandwidth habis ditengah jalan,trus waktu habis tuk maintenance nya doang.Oh ya.maaf menyela dikit sama pak Asri.saya lebih kepikir masalah gambar bergaris yg bapak hadapi,yg bermasalah berapa channel pak?kl semua channel bergaris kemungkinan besar masalah dari listrik spt yg saudara budianto katakan.
Sorry banget uncle BudiyantoTan saya harus bagaimana lagi boss, rencana mau upgrade blog ini ke hosting sendiri gagal total gara2 (ada sindikat Netter) yang membobol paypal di email saya. Jadi untuk sementara blog kita ini belum bisa diupgrade sesuai harapan rekan2 kita di forum mengingat all file registrasi juga ada di email itu.
Saya pribadi mohon maaf kepada Mr.Budiyanto dan Mr.Herbert.G.S yang telah bersedia meluangkan waktu,tenaga dan fikiran dalam mencermati permasalahan saudara2 kita,harapan lain untuk semua rekan mohon kesabarannya saya akan berusaha memberikan yang terbaik buat kalian semua data software all dvb akan segera saya upload dan anda bisa secara gratis mendownload,all hardware modulator circuit/skema and booster amplifier juga segera akan saya tampilkan kehadapan anda semua.terima kasih Best Regards, Prosat. Pak Admin yg terhormat.Dan kepada siapa aja yg baca tulisan ini.aku ada masalah dgn komputer ku,dan udah benar2 puyeng ga bisa benarin.dari hasil penyusuran dari google,aku dah ikutin.yagni scan virus ama cabut kabel ke print.tapi tetap aja bermasalah.Aku pake window xp,HDD 3Ghz dan 256 MB RAM dengan motherboard Asus.Yg jadi pertanyaan 1.kenapa ya selalu timbul tulisan Generic Host Process for Win32 Services has encountered a problem and needs to close. We are sorry for the inconvenience.dan di bawah kanan ada pilihan dgn tulisan send eror report sama dont send.hal ini selalu muncul setelah 10 mnt-an komputer di hidup kan. 2.Aku coba instal game empire earth,dah semua beres dan di crack,tapi pas mau dimainkan,muncul tulisan dgn tulisan Empire Earth exe can execute.dan di bawah kanan nya ada tulisan spt diatas,yakni kotak pilihan dgn tulisan sent error report sama dont send.kenapa ya,minta pendapatnya lah.
Mas Gezr Apa yang dikatakan Senior Kita Mr.Budiyanto dan Mr Herbert itu benar, High freq. Tidak cocok untuk bisnis dan sangat ideal jika digunakan indoor saja.
Saya punya pengalaman jika pada radius 300 mtr mulai ada channel tidak beres, bikin line baru/kabel tersendiri yang berasal dari unit booster induk atau kedua dan jangan ambil dari cabang lain yang berasal dari spliter. Jika tetap rubah posisi RF atau paralel dengan sumber lain yang signalnya lebih bagus jika sebelumnya memakai spliter. Skema bukan patokan yang patent karena kondisi RF & Booster serta ketelitian kerja sangat mempengaruhi TV kabel dengan High freq.
Regards Prosat. Mas Gezr Apa yang dikatakan Senior Kita Mr.Budiyanto dan Mr Herbert itu benar, High freq.
Tidak cocok untuk bisnis dan sangat ideal jika digunakan indoor saja. Saya punya pengalaman jika pada radius 300 mtr mulai ada channel tidak beres, bikin line baru/kabel tersendiri yang berasal dari unit booster induk atau kedua dan jangan ambil dari cabang lain yang berasal dari spliter. Jika tetap rubah posisi RF atau paralel dengan sumber lain yang signalnya lebih bagus jika sebelumnya memakai spliter.
Skema bukan patokan yang patent karena kondisi RF & Booster serta ketelitian kerja sangat mempengaruhi TV kabel dengan High freq. Regards Prosat.
Slm kenal bung gezr, dulu sy juga pake uhf (3 in 1), dan masalahnya persis spt yg bung bilang. Kalo utk amplifier DX umunya tidak bisa utk TV Cable, karena amp. Merek ini khusus utk Aerial TV ataupun utk FM Radio, karena mereka sudah mengunci atau pass band hanya 50 s.d 300mhz utk VHF dan 470 s.d 870 Mhz utk UHF, sementara umunya Frekwensi Vhf yg aman utk TV Cable adalah dari frekw 147.25mhz keats, jadi nanti akan timbul problem yg baru lagi, sekarang sy masih nyimpan 8 unit modulator UHF 3in1, 3 unit DX426, semua sudah jadi besi tua, modulator tua & ampl tua, he he ( dikiloin laku g’ ya ). Bung gezr, yg bung maksud mungkit TV DIGITAL, sy kurang yakin teknologinya bisa siterapkan dlm waktu dekat. Di indonesia baru RCTI yg melakukan uji coba di Jakarta, utk dapat menerima RCTI 1 Chanel kita harus beli decoder seharga 1,5 jutaan. Di Singapore TV 5 sudah berjalan lama, keuntungan yg paling terasa pada teknologi ini adalah kalo kita pakai TV di Mobil. Walau kita sedang melaju kencang, gambar tetap jernih selama kita berada di coverage area.
Kesimpulannya yg mbung bilang itu mmg sudah ada. Tapi kalo ada TV digital dg siaran premium 40 chanel rp.25rb, kayaknya mungkin belum ada, karena lisensi siaran itu tidaklah murah, sy dengar harga lisensi resmi mencapai rp 5000 per chanel per pelanggan. Tapi kalo siaranya FTA semua, itu mungkin saja. Mas mas smua salam kenal buat smua nya, saya baru lulus kuliah IT.
Cm tertarik ama dunia tv kabel nee pingin konsul ne (uda kayak skripsi), skrg kondisinya saya tinggal di semi apartement. Saya langganan tv kabel firstmedia (dl nya cabel vision) bisa nonton ampe 66 channel luar dan lokal. Dan entah knpa, ada masalah antara firstmedia dgn management building, jdinya skrg uda ga bisa cabel lg. Saya jadi pingin buka jaringan cabel sendiri, hanya untuk 1 gedung saja. Misal, saya ambil dari astro ato indovision dengan banyak channel.
Dan akan saya sebarkan ke 50 kamar. Apa bisa disebarkan begitu saja dari 1 source(astro ato indovision)? Trus, hardware apa aja yg saya perlukan? Untuk gambaran, gedung tempat saya tinggal. Panjangnya +/- 100 m, lebar kisaran 40m, tinggi 4 lantai, 3 lantai utk penghuni dimana 1 lantai isi 20 kamar.
Pendatang baru mohon petunjuk, itung2 bisa nambah uang bulanan:). Bisa kabarin saya di thx all.
Mas andrie, sy sgt suport dg rencana anda membuka tv cable di tempat anda, informasi & hiburan merupakan kebutuhan yg tak bisa ditunda tunda. Tapi, sebelum anda melangkah lebih jauh, ada baiknya anda minta persetujuan dari pengelola gedung terlebih dulu, Baru kemudian anda rencanakan nama chanel & jumlah chanelnya. Dan yg tepenting anda ketahui, apabila anda menyalurkan siaran berbayar dari Indovision, astro atau Telkomvision maka anda harus punya izin yg jelas (kecuali kalo anda mau secara ilegal). Untuk hal ini provider yg sgt mungkin memberikan izin jika sarat terpenuhi adalah telkomvision.
Kalo masalah hardware serta anggaran biaya, mungkin sudah bisa dimengerti dengan mengambil kesimpulan dari posting yg ada di blog ini serta sub blog PROBLEM TV CABLE. Kalau semua langkah sudah dijalnkan, maka jgn ragu, sgt banyak yg bersedia membantu anda (di blog ini), baik itu masalah teknik, harga barang ataupun supplie barang, semoga berhasil. Dalam waktu tidak lama lagi dalam tahun ini kita di Indonesia akan mendapatkan layanan digital video broadcast atau televisi siaran digital yang dapat dinikmati lewat perangkat bergerak (handheld). Layanan yang dibuat oleh MNC (Global Mediacom) dengan vendor Nokia Siemens Network tersebut diperkirakan akan selesai pada bulan Juni 2008. Siaran televisi digital tersebut menggunakan teknologi DVB-H dan merupakan kesepakatan dengan nilai terbesar dalam sejarah implementasi DVB-H oleh NSN atau Nokia. Teknologi video/televisi siaran digital untuk perangkat bergerak di Indonesia sudah mulai dirintis sejak tahun 2006. Pemerintah telah mencanangkan ujicoba siaran digital untuk radio dan televisi pada tahun tersebut link lainnya.
Pada awal tahun yang sama, Nokia dengan PT MECA (Mediatama Citra Abadi) dan SCTV yang merupakan Grup EMTEK (Elang Mahkota Teknologi) melakukan kesepakatan untuk menjalankan proyek percobaan (pilot) dengan menggunakan teknologi DVB-H. Sayangnya hasil dari pilot project tersebut tidak dipublikasikan.
Pemerintah Indonesia juga telah mengadopsi DVB-T (Digital Video Broadcast Teresterial) menjadi teknologi untuk digital video broadcast. DVB-T merupakan basis dari teknologi DV-H, perbedaannya DVB-T tidak dirancang untuk handheld yang memiliki daya (power) yang terbatas dengan layar yang kecil.
Pada tahun 2007 lalu pemerintah juga telah mengalokasikan kanal-kanal yaitu kanal 25 sampai 42 untuk televisi siaran digital dengan teknologi DVB-T. Ok terima kasih atas replynya mas hardi. Saya pernah lihat dikota Banjarmasin – kalimantan selatan ada TV kabel (kalau gak salah namanya prima chanel) informasinya tv kabel ini bisa mencakup satu kota. Kira-kira teknologi jaringannya seperti apa ya.
Apa tetap pakai kabel (baik optic or RG ) atau via wirelles karena bisa kami bayangkan kalau pakai media kabel apa gak ribet ya?? Mungkin gak mas ya (ini perkiraan saya aja nih). TV kabel tersebut di pancarkan seperti hotspot.si penerima (client) harus menangkap siaran TV pakai antena tertentu setelah diterima (misal Hotel) masih bisa diparalel untuk semua kamar dan setiap kamar bisa pindah-pindah chanel.
Tapi kalau bener asumsi saya terus gimana cara proteksi nya ya?? Maksudnya kalau gak bayar iuran siaran dimatikangimana ya mas atau bro sekalian?? Hehe lame tak jumpa kalian semua maaf saya sedang sibukngurusin usaha saye.Bung herbert kenapa gak jalankan usaha tv kabel nya di Bangka aku gak caplok area p.
Pinang aku cuma caplok area toboali + sungailiat. Bung herbert dimanagak usah takut sama saya, saya juga tidak tahu menahu ttg tv cable mungkin tahun depan saya akan buka mungkin 10 channel atau 16 channel.
Bung hardi bantuin saya ya. Berapa modal semuanya kalau 10 channel ya, bung herbert bagusnya untuk pemula (bukan channel premium) channel apa ya yang bagus dan berpotensial? Bung herbert, sumbar masih banyak yg kosong, Payakumbuh, bukittinggi, semua masih kosong he he. Bung BMV, sebaiknya tetap harus ada premium chanelnya, karena hal ini akan membedakan kita dari pakai parabola biasa, kalo biaya sebaiknya mulai dg 24 chanel, karena ada biaya yg tak berpengaruh dg jumlah chanel (fix cost), misalnya Cable, powersupplay, Antena Parebola, rf combiner, amplifier serta jaringan luar. Kalo utk Variatif costnya kurang lebih 1,8 jt per chanel utk FTA dan 2.7jt per chanel utk premium,(semua dg modulator single chanel) Jadi kalo kita tak memakai premium kayaknya kurang bagus, dan lagi bedanya tak terlalu besar dan lagi banyak nya jumlah chanel akan akan mempengaruhi minat pelanggan. Utk 24ch (8 PTV & 16 FTA) kurang lebih butuh 70jt (utk headend) kalo utk jaringan sangat tergantu7ng pada stiuasi daerahnya, bisnis tv cable yg sehat bisa breakeven (balik modal) dalam 1 th, th ke2 dan seterusnya tinggal kipas2 terima gaji buta he he he, tapi sekali lagi itu semua sangat tergantung pada stuasi daerahnya. Salam kenal para suhu-suhu, ijin bergabung sekaligus mohon pencerahan, saya baru memulai usaha TVKabeli sekitar 2 bulan dan masih sangat awan cuma modal nekat saja, pada studio saya memakai system indor VHF dgn spec.
Modulator 4 in 1 metrix vm-ssd 5 bh = 20 canel (Mod.1=S7,S9,E7,E9, Mod.2=E11,S11,S13,S15, Mod.3=S17,S19,S21,S23, Mod4=S25,S28,S30,S32, Mod5=S34,S36,S38,S40), passive catv 24 ways combiner, output ke pelanggan dgn Televes dgn kabel Rg6 70%, permasalahan yg dihadapi: 1.Mod 1 s/d Mod 2 = 8 Canel bergaris ada yang miring dan ada yang mendatar apa sebab sampai terjadi demikian? 2.Di lapangan pada dBv 60, saya sudah memasang Amplifier (Matrik MHA 1) namun keluaran ampli tsb. Semakin memperparah mod.1 s/d 2 = 8 canel tsb. Gainnya sudah disetel naik tdk berpengaruh, Kira2 menurut suhu-suhu apa penyebabnya?
Karena sebelum memasang amplilifier tsb. Masih oke saja walaupun bergaris. Saya sudah melakukan pengecekan conektor, ganti Tap & spliter bahkan kabel yang masuk ke tv rumah pelanggan tetapi hasilnya masih nihil. 3.Saya juga memakai Antena biasa untuk menangkap siaran local untuk didistribusikan kepada pelanggan namun hasilnya jelek (antenna sudah diarahkan keseluruh penjuru namun tetap jelek), saya harus menambah alat apa untuk memperbaiki siaran tsb.? Mohon maaf baru bergabung sudah banyak tanya,saya sangat kebingungan dengan masalah saya ini, kiranya suha-suhu dapat membantu, Oh ya, lokasi saya di Ambon. Sekiranya berkenan dapat diemail ke sebelumnya terima kasih atas bantuan suhu-suhu sekalian.
Mas Naswa, selamat bergabung disini. Seperti posting sy terdahulu, sebaiknya kita tidak memakai modulator 4in1 (ini standar utk hotel). Kelemahanya antara lain: 1. Modulator 4in1 output tiap ch nya berbeda 2.
Max chanel VHF yg bisa dibuat hanya 20 s.d24 Pada prinsipnya utk mendapatkan hasil yg maximal, kita harus membuat keluaran / out put (db) tiap2 ch harus sama. Kalau di central outputnya tidak sama, maka sampai kapanpun masalah itu kaan tetap ada, karena garis (hum) itu tibul karena adanya perbedaan outpun yg mencolok, dan sy perkirakan outnya terlalu tinggi, dan setelah ditambah booster justru akan memperburuk keadaan, dan ingat frekwensi yg rendah juga kecil loss db nya pada kabel, dan lagi booster itu ada aturan pemakainya, kalau kelebihan malah memperburuk gambar. Kalo utk siaran lokal harus memakai tv tuner (tuner box), dan audio-videonya di hubungkan ke modulator. Terima kasih infonya mas. Nambah lagi nih pertanyaannya kalau misal kita mo buat headend 12 ch =FTA (11 rec biasa + 1 rec matrix soccer) dan 4 Ch =PTV pakai telkomvision yang pra bayar (cinemax, HBO, ESPN, Star Movies) dengan parabola 6 feet untuk FTA 2 buah.serta pelanggan sekitar 50 org (jarak pelanggan terjauh sekitar 1 km) untuk hitung-hitungan sampai breakevent point butuh waktu berapa lama ya???. Terus biasanya kalau ada orang yang mo gabung apakah ditarik uang muka dulu (untuk biaya beli kabel) atau hanya bayar bulanan saja juga untuk biaya operasionalnya per bulan butuh dana berapa ya (listrik, cek instalasi kalau ada kompalin pelanggan dll) sorry nih mas ya banyak pertanyaanya maklum semakin lama ikut milis ini malah semakin merasa banyak yang nggak tahu hehee.terima kasih best regards. Kl boleh saya kasih usul dikit tuk bos baru Nasywa di ambon,begini.
1.Umumnya gambar bergaris biasanya di sebabkan; Signal level yg terlalu tinggi.aatau da masalah pemasangan equipment di jalur distribusi,dan biasanya ada short antara serabut kabel dgn inner nya.atau ada equipment yg kemasukan air.coba bos cek dl hal ini.dan pastiin ga ada masalah. – Hallo kawan-kawan semua, saya mohon pencerahannya lagi ini, saya ada masalah dimana untuk 3 chanel ( Global.
TPI & Batam TV ) saya pakai antena ke TV. Tuner dan modulator 4in1 metrix tapi jarak jangkaunya sekitar 500-600m diatas itu sudah kabur banyak semutnya. Masalahnya itu dimana ya. – Ada enggak pengaruhnya kalau di headend pakai booster televes dengan jarak jangkau seperti pertanyaan diatas – Hallo Lae Hardi terima kasih atas sarannya untuk bergabung dengan Asosiai, saya sekarang sudah bergabung dengan APTK ini, dan memang banyak manfaatnya, paling tidak banyak saya sudah banyak kenal dengan kawan-kawan diasosiasi dan kawan diskusi. Utk mas eryc, sebetulnya bisa lihat harga material di pasaran. Karena lain merek lain juga harganya, tapi kt coba hitungan minim setau sy: 1. Receiver FTA(11 X 275.000 + 1 X 850.000) 2.
Receiver PTV(4X1.100.00 – cardspliter) 3. Modulator (1.200.000X16/single) atau (4X 2.000.000 (4in1)) tergantung pake yg mana (kalo mau tau bagus yg mana, tanya bos herbert) 4. Parabola 2 set (2X900.000), termasuk tiang 5. Combiner 16ch = 600.000 (kalo pake modulator single) Kalo yg lain2 bisa diperkirakan sendiri, dan masalah kapan bisa brekeven, itu tergantung berapa iuran bulanan. Biasanya kalo ada pelanggan baru bisa ada uang (biaya pasang) bisa juga tidak, kan yg menjadi bos & pengambil keputusan mas sendiri, jadi terserah kita saja. Lae Togar, jgn mempersulit diri dg memakai antena (kecuali terpaksa), global & TPI kan bisa pake kuali gorengan yg gede, ngapain pake pagar?
Kalo masalah indor booster televes, lae usahakan jg memakai output levelnya diatas 105db, dan tiap penambahan booster berikutnya coba pahami uraian guru kita yg dari bandung, dan juga harus ingat mainkan kita punya equalizer, sebagai perbandingan lae bisa lihat Vila mukakuning, merapi subur, sari pajajaran, rosinton raya dan suka maju saya hanya butuh 4 booster di luar, kalo mau tau gambarnya lihat di yg paling jauh (rosinton) he he. – Hallo lae herbert maaf yg sebesar-besarnya, tapi saya tetap singga kok setiap hari di tempat ini, sebenarnya bukan enggak mau nongol tapi, karena saya juga belum bisa ngasih saran sama teman-teman, maklum lae pengetahuan saya tentang pertv kabelan masih dangkal. – dan mengenai antena saya pakai antena PF, kalau jarak dekat sekitar 500-600 m tidak ada masalah tapi kalu sudah lewat dari jarak tersebut mulai timbul masalah gambarnya tidak terang/kabur tidak bisa ditonton. – Mas/lae kalau modulator dikombinasi bisa enggak ya misalnya, modulator 1in1 ada 12 dan modulator 4in1 ada 3 ( 24 chanel ) jadikan satu headend? Kalau bisa posisi modulator mana yang difrekwensi tinggi dan mulainya dari mana?
( maklumlah untuk mengirit biaya pelan-pelan mau mengganti headend ). Mas dan lae saya rencana mau merombak pelan pelan headendnya seperti mengganti power suplay menjadi 30 A, yang mau saya tanya booster yang sekarang di headend adalah televes perlu enggak saya ganti, menurut teman/ tetangga hal tersebut yang mempengaruhi kenapa jarak jangkau chanel yang lewat antena tidak bisa jauh, dan kalau diganti boosternya, booster metrik E(M) series sudah boleh tak.
![Decoder Decoder](http://4.bp.blogspot.com/-aZyjhfKFScw/Ul9uyCrlURI/AAAAAAAAAOQ/YtTq8nbZf58/s1600/transmission-antena-vector-1.jpg)
Atau harus seri E(L) atau G(L) atau ada rekomendasi yang lain? – Hallo lae herbert sasitongna, na baru hutanda dope TV.
Kabel on, jai hurang malo dope au, tolong jo songon dia na mantap. Lae togar, kalo pemakaian televes di headend itu tak masalah, malahan telever itu sebetulnya lebih bagus dari matrix e/m ato e/s, cuma outputnya usahakan jg lebih dari 105db. Kalo rencena mengganti power supplay jadi 30A, itu bagus, tapi pahami dulu kegunaanya, kalo di headend kita pake hanya 1 jalur dg 1 power insector, maka itu akan sia sia, karena 1 jalur (1power insector) efektiv hanya utk 10 s.d 12 booster, tapi kalo di headend kita pake 2 ato 3 jalur, (kiri, kanan, depat), dan tiap2 jalur pake power insector sendiri, maka itu akan ada manfaatnya, atau kita bisa memanfaatkan kekuatan powersupplay itu sampai 30 booster (utk powersupplay 30A murni, biasanya merek Bell). Aku rada heran kl jaringan tv kabel yg nota bene masih jaringan 7c make PS yg amperenya gede.(15-30 amper-an gt).coba di bandingkan kl pake 4,6,8,10 Ampere emang beda yg bisa di suply berapa amplifier??ga terlalu pengaruh dgn ampere gede kl pake jaringan RG 11 (7c).kenapa ga pake 4 ato 6 ampere aja?,bisa support 8-10 amplifier.(dgn design jaringan yg bagus,dan penempatan pwr suply yg tepat).Atau gini lah lae TogarGimana kalau kita buat jaringan tanpa power suply,dan minim maintenance,mau ga?hehe.!!
Hallo Lae Herbert maaf sudah seminggu enggak muncul, lagi cuti (ajak anak jalan-jalan) maklum internet fisilitas kantor. Lae tapi memang setelah saya ganti menjadi PS 30A di headend, sekarang boosternya enggak ada lagi yang numpang dirumah pelanggan ( Sudah bisa langsung dari headend ) Lae design jaringan yang bagus gimana lae, seperti lae terangkan diatas output rf modulator diset pa 40-43 selanjutnya setelah masuk ke booster kelurannya harus berapa, kemudian selanjutnya ke booster yang kedua standartnya berapa lae dan selanjutnya ( atau kalau bisa digambarkan lae ) terima kasih. Bung Hardi, jumpa lagi dengan saya Julian alias BMV. Mas saya baru sadar kalau penggunaan VHF itu penting ketimbang UHF kerana lebih bagus, kemarin saya ke jkt Lihat salah satu usaha tv kabel. Yang menjadi bahan pertimbangan saya sekarang ini adalah UHF dan VHF MUNGKIN di Bangka agak sulit karena, dari arah utara mulai awal VHF sampai end UHF itu didominasi siaran-siaran dari Malaysia, Batam (Batam TV gak dapet), dan Singapore (mediacorp paling kuat) termasuk tv lokal Bangka dan relay tv nasional yang berada di Bangka sebelah utara, sinyalnya kuat-kuat.
Sebelah barat ada relay tv nasional bagian Barat bangka dan didominasi relaytv nasional Bangka Barat dan Palembang (Pal TV paling kuat ). Sebelah selatan dan timur didominasi relay tv nasional Belitung dan Pangkalpinang (B-Channel, BTV, Metro TV, Wangka Xing Chen), TVRI KALBAR, Sumsel juga paling kuat.
Jadi sepertinya space kosong untuk relay Bangka susah untuk dicari karena dataran bangka rata2 rendah yang rentan mendapatkan sinyal dari luar apalagi kalau malam, TV3, 8TV, Central ikut meramaikan garis-garis bayangan melewati sejumlah TV relay di Bangka. Salam para master.
Saya juga orang IT yang lagi mencoba yang satu ini. Pekerjaan ini sangat sesuai dengan apa yang saya lagi kerjakan di Manado.
Thanks banyak. Setelah semuanya saya baca saya bisa mengerti secara teori tapi pas di praktek rupanya susah juga.
Kalau bisa barang2 apa saja yang saya butuhkan untuk 16-24 chanel. Tempat saya di tengah perumahan yang cukup besar di manado. Budgetnya kira kira berapa? Iuran biasanya berapa? Biaya pertama kali sambung biasanya berapa? Tlg sistem tagihan ke pelanggan bagaimana? Saya rasa para pakarnya akan berikan masukan yang baik.
Tuhan Memberkati. Bung Jack, Kita asumsikan 24 chanel dg komposisi 15 FTA(siaran gratis lokal) & 9 PTV( Premium ch, HBO, ESPN, StarSport dll) dg modulator single fixed chanel. 24bh Modulator @ 1.25 jt 2. 15bh Receiver FTA @ 300rb 3. 9bh Modulator PTV @950rb 4.
9bh Cardspliter wireless @250rb 5. 2bh Anteta Parabola @900rb 6. 1 bh combiner 24ch @700rb itu biaya utk headend (central), belum termasuk kabel rangkaialn & instalasi elektrikac, kalo biaya jaringan keluar anda lebih tau Kalo dlm radius 500m ada 1000 rumah, kurang 1 th sudah balik modal. Biasanya 1 rumah kena biaya rp.50rb, dg system ditagih tiap bln, sedangkan biaya pemasangan sgt variatif bahkan ada yg gratis. Buat afriandi, masalah skema sgt gampang, dari Parabola terus ke receiver, AV dari receiver terus ke modulator dan terakhir semua digabung di combiner, selesai deh. Bos, sekarang sy masih menerapkan output booster pada kondisi flat (sampai booster ke 15, masih ttp flat), biasanya sy patok 104db (atas & bawah).
Memang dari awal sy sudah desing utk 40ch mulai dari S1(105mhz) s.d s32 (391mhz) jadi deviasinya saya buat serendah mungkin, supaya per 300m selisihnya dibawah 18db (umumnya eq pd booster dapat menekan 18db), dg demikian tiap keluaran booster boleh dibilang flat (lebih kurang 1db). Hitunganya simpel sj: Loss RG11 matrix frekw 100mhz per 300m=12db, sedangkan loss utk frekw 400mhz adalah 27db, jadi disini ada selisih 15db. Yg 15 db ini kita netralkan pake equalizer., sebetulnya kalo kita buat 45 ch pun masih masuk kategori per amplifier FLAT, cuma kita harus menabrak frekw yg sudah terpakai oleh TV biasa, ide yg paling bagus adalah menutup stasiun tv tersebut, setuju???? Ada pertanyaan bos. Apasih perbedaan yg mendasar antara trunk apm & bridge amp (sy lihat sama2 terbuat dari aluminium kok) 2. Sy mungkin punya target lokasi sampai 25 s.d 30 amp, apakah kualitas gambar sudah turun jauh???
Terimakasih bos atas pencerahanya mengenai beda trunk & bridge, maklumlah kita buat tv cable hanya asal asal saja (asal gambar bagus bgt sudah cukup) Bos, sebetulnya saran dari bos sangat bagus, yaitu kasih rendah di frekw low & kasih tinggi di frekw high, maka nanti semaikn jauh akan semakin stabil atau jadi flat dg sendirinya. Tapi kita akan kesulitan utk menentukan perbedaan tiap2 ch, misalnya pada s1(low) kita set 86db & s32 (high) kita set 95db, lalu s2, s3, s4 berapa???, kan tdk mungkin kita kasih beda 1db taip ch, karena sulit jg menghitung perbedaan cable loss utk perbedaan tiap2 7mhz, dan lagi sensitif alat ukur hanya 0.5db. Oleh karena itu nenek sy nyaranin buat flat sj tiap apm, 105 utk bridge & 100 utk trunk he he he. Mbak dyah, sy salut dg semangatnya.
Katanya “buta sama sekali”, tapi kok malah ingin buat tv cable. Tapi g’ apa2 1. Perkirakan coverage area dan jarak terjauh dari central, maksudnya coba hitung2, kira2 ada berapa rumah di sekeliling kita, kalo sepi mendingan g’ usah. Juga perkirakan jarak rumah yg terjauh yg mungkin akan memakai jasa kita, ini utk menentukan spesificasi peralatan yg kita butuhkan. Rencanakan chanel apa sj yg akan kita tampilkan Setelah data statistik itu ada, maka kita bisa bahas lebih lanjut peralatan yg di butuhkan. Hallo bung hardi dipostiangan terdahulu, bung hardi mengatakan di headend bisa pakai 2 atau 3 jalur dengan satu pawer suplay 30 A caranya gimana bos hardi, apakah kabel dari PS dan combainer langsung dicabang dengan spliter baru dimasukkan ke dua power insector sehingga dapat dua jalur, atau tetap memakai dua PS dan 2 power insector karena setelah saya ganti dengan PS 30 A tetap enggak ada pengaruhnya ( benar yang dibilang lae herbet memakai PS yang ampere nya kecil tapi ada beberapa sihingga bisa dibagi ), tapi ini kan sudah terlanjur saya pakai 30A jadi gimana solusinya, mohon pencerahannya. Kalo di headend kita pake hanya 1 jalur dg 1 power insector, maka itu akan sia sia, karena 1 jalur (1power insector) efektiv hanya utk 10 s.d 12 booster, tapi kalo di headend kita pake 2 ato 3 jalur, (kiri, kanan, depat), dan tiap2 jalur pake power insector sendiri, maka itu akan ada manfaatnya, atau kita bisa memanfaatkan kekuatan powersupplay itu sampai 30 booster (utk powersupplay 30A murni, biasanya merek Bell).
Bos Budi apa yg dibilang suhu kita mmg benar, sebetulnya 40v masih bisa jalan kok. Tapi ada cara utk menyiasati kekurangan voltase di ujung jaringan, yg mana tanggung / atau tak mungkin utk menambah PS di tengah jalan. Buat PS dg Output 105V, di Headend, tapi ingat PS ini tdk boleh dipakai utk booster di Headend, karena Volt nya terlalu tinggi, baru setelah 250m pertama akan turun sampai 95V (sudah bisa dipakai).
Sy menggunakan Trafo Merek Bell, dg memanfaatkan 47 X 2. Utk Booster di Headend, pakai booster indoor, kalau tidak pakai sj booster outdoor, dan sebagai powernya gunakan langsung 24V DC, langsung disambung secara manual. Coba ajust power supplay yg ada pada booster, pengalaman sy, kalau alampu booster kedap kedip, maka dg sedikit ajust pada powersupplay pd booster, maka akan bisa dipakai secara normal (cuma buat booster terakir). Salam kenal mas, gini mas, aku kan make reciver Tanberg 1220 n tuk nangkapnya make Yuri neh.
![Decoder Decoder](/uploads/1/2/5/3/125371135/797208520.jpg)
Input dari satu parabol (yuri) sedangkan reciver dipake tuk 2 tanberg neh, tanbergnya yang satu di pake spliter sedangkan yang satu tidak. Yang mau saya tanya: 1. Eb/No keduanya kok tidak sama antara 3 dan 8??? Faktor apa yang berpengaruh??? Satu output jika dipakai untuk dua masukan ke Dua Exciter ( A dan B), apa bisa berpengaruh pada kualitas sinyal A/V?? Untuk mengganti seting frekuensi di matrik soccer caranya gimana ya??? Soalnya aku belum paham dengan cara kerja matrik soccer neh makasih mas salam landu.
Bung Letco, usaha tv cable mmg sebuah usaha yg menjamur di tanah air kita belakangan ini. Dan usaha ini juga berpeluang untuk mencapai BEP (Break Even Poin) dlm waktu kurang 1 th. Tapi kalau kita salah seting, bukanya untukng yg kita dapat, malah kerugian dg peralatan yg terbuang sia sia. Jadi utk memulai sebuah usaha ini, ada baiknya mulai dulu mengumpulkan data sbb: 1.
Kemungkinan jarak yg paling jauh yg bisa di link dg tiang listrik, telkom atau tiang sendiri. Jarak di tentukan dari central tv cabel (headend) 2. Potensial homepass / Jumlah rumah dlm area tersebut 3.
Chanel apa saja yg akan distribusikan Berdasarkan data2 itu, para sesepuh disini akan bisa peralatan apa saja yg dibutuhkan, malahan perkiraan biaya juga bisa ditentukan.
Tweet Share Share Google Plus Text summarization is a problem in natural language processing of creating a short, accurate, and fluent summary of a source document. The Encoder-Decoder recurrent neural network architecture developed for machine translation has proven effective when applied to the problem of text summarization. It can be difficult to apply this architecture in the Keras deep learning library, given some of the flexibility sacrificed to make the library clean, simple, and easy to use. In this tutorial, you will discover how to implement the Encoder-Decoder architecture for text summarization in Keras. After completing this tutorial, you will know:. How text summarization can be addressed using the Encoder-Decoder recurrent neural network architecture. How different encoders and decoders can be implemented for the problem.
Three models that you can use to implemented the architecture for text summarization in Keras. Let’s get started. Encoder-Decoder Architecture The Encoder-Decoder architecture is a way of organizing recurrent neural networks for sequence prediction problems that have a variable number of inputs, outputs, or both inputs and outputs.
The architecture involves two components: an encoder and a decoder. Encoder: The encoder reads the entire input sequence and encodes it into an internal representation, often a fixed-length vector called the context vector. Decoder: The decoder reads the encoded input sequence from the encoder and generates the output sequence. For more about the Encoder-Decoder architecture, see the post:. Both the encoder and the decoder submodels are trained jointly, meaning at the same time.
This is quite a feat as traditionally, challenging natural language problems required the development of separate models that were later strung into a pipeline, allowing error to accumulate during the sequence generation process. The entire encoded input is used as context for generating each step in the output. Although this works, the fixed-length encoding of the input limits the length of output sequences that can be generated. An extension of the Encoder-Decoder architecture is to provide a more expressive form of the encoded input sequence and allow the decoder to learn where to pay attention to the encoded input when generating each step of the output sequence.
This extension of the architecture is called attention. For more about Attention in the Encoder-Decoder architecture, see the post:. The Encoder-Decoder architecture with attention is popular for a suite of natural language processing problems that generate variable length output sequences, such as text summarization. The application of architecture to text summarization is as follows:.
Encoder: The encoder is responsible for reading the source document and encoding it to an internal representation. Decoder: The decoder is a language model responsible for generating each word in the output summary using the encoded representation of the source document. Text Summarization Encoders The encoder is where the complexity of the model resides as it is responsible for capturing the meaning of the source document. Different types of encoders can be used, although more commonly bidirectional recurrent neural networks, such as LSTMs, are used. In cases where recurrent neural networks are used in the encoder, a word embedding is used to provide a distributed representation of words.
Alexander Rush, et al. Uses a simple bag-of-words encoder that discards word order and convolutional encoders that explicitly try to capture n-grams. Our most basic model simply uses the bag-of-words of the input sentence embedded down to size H, while ignoring properties of the original order or relationships between neighboring words. To address some of the modelling issues with bag-of-words we also consider using a deep convolutional encoder for the input sentence. Konstantin Lopyrev uses a deep stack of 4 LSTM recurrent neural networks as the encoder.
The encoder is fed as input the text of a news article one word of a time. Each word is first passed through an embedding layer that transforms the word into a distributed representation. That distributed representation is then combined using a multi-layer neural network —, 2015. Abigail See, et al. Use a single-layer bidirectional LSTM as the encoder.
The tokens of the article w(i) are fed one-by-one into the encoder (a single-layer bidirectional LSTM), producing a sequence of encoder hidden states h(i). Ramesh Nallapati, et al. Use bidirectional GRU recurrent neural networks in their encoders and incorporate additional information about each word in the input sequence. The encoder consists of a bidirectional GRU-RNN —, 2016.
Text Summarization Decoders The decoder must generate each word in the output sequence given two sources of information:. Context Vector: The encoded representation of the source document provided by the encoder.
Generated Sequence: The word or sequence of words already generated as a summary. The context vector may be a fixed-length encoding as in the simple Encoder-Decoder architecture, or may be a more expressive form filtered via an attention mechanism. The generated sequence is provided with little preparation, such as distributed representation of each generated word via a word embedding.
On each step t, the decoder (a single-layer unidirectional LSTM) receives the word embedding of the previous word (while training, this is the previous word of the reference summary; at test time it is the previous word emitted by the decoder) —, 2017. Alexander Rush, et al. Show this cleanly in a diagram where x is the source document, enc is the encoder providing internal representation of the source document, and yc is the sequence of previously generated words.
Example of inputs to the decoder for text summarization. Taken from “A Neural Attention Model for Abstractive Sentence Summarization”, 2015. Generating words one at a time requires that the model be run until some maximum number of summary words are generated or a special end-of-sequence token is reached. The process must be started by providing the model with a special start-of-sequence token in order to generate the first word.
The decoder takes as input the hidden layers generated after feeding in the last word of the input text. First, an end-of-sequence symbol is fed in as input, again using an embedding layer to transform the symbol into a distributed representation. After generating each word that same word is fed in as input when generating the next word.
Ramesh Nallapati, et al. Generate the output sequence using a GRU recurrent neural network. The decoder consists of a uni-directional GRU-RNN with the same hidden-state size as that of the encoder Reading Source Text There is flexibility in the application of this architecture depending on the specific text summarization problem being addressed. Most studies focus on one or just a few source sentences in the encoder, but this does not have to be the case.
For example, the encoder could be configured to read and encode the source document in different sized chunks:. Sentence. Equally, the decoder can be configured to summarize each chunk or aggregate the encoded chunks and output a broader summary.
Some work has been done along this path, where Alexander Rush, et al. Use a hierarchical encoder model with attention at both the word and the sentence level. This model aims to capture this notion of two levels of importance using two bi-directional RNNs on the source side, one at the word level and the other at the sentence level. The attention mechanism operates at both levels simultaneously —, 2015. Implementation Models In this section, we will look at how to implement the Encoder-Decoder architecture for text summarization in the Keras deep learning library.
General Model A simple realization of the model involves an Encoder with an Embedding input followed by an LSTM hidden layer that produces a fixed-length representation of the source document. The Decoder reads the representation and an Embedding of the last generated word and uses these inputs to generate each word in the output summary. General Text Summarization Model in Keras There is a problem. Keras does not allow recursive loops where the output of the model is fed as input to the model automatically.
This means the model as described above cannot be directly implemented in Keras (but perhaps could in a more flexible platform like TensorFlow). Instead, we will look at three variations of the model that we can implement in Keras. Alternate 1: One-Shot Model The first alternative model is to generate the entire output sequence in a one-shot manner. That is, the decoder uses the context vector alone to generate the output sequence. Vocabsize =. Srctxtlength =. Sumtxtlength =.
# encoder input model inputs = Input(shape=(srctxtlength,)) encoder1 = Embedding(vocabsize, 128)(inputs) encoder2 = LSTM(128)(encoder1) encoder3 = RepeatVector(sumtxtlength)(encoder2) # decoder output model decoder1 = LSTM(128, returnsequences=True)(encoder3) outputs = TimeDistributed(Dense(vocabsize, activation='softmax'))(decoder1) # tie it together model = Model(inputs=inputs, outputs=outputs) model.compile(loss='categoricalcrossentropy', optimizer='adam'). Compile ( loss = 'categoricalcrossentropy', optimizer = 'adam' ) This model puts a heavy burden on the decoder.
It is likely that the decoder will not have sufficient context for generating a coherent output sequence as it must choose the words and their order. Alternate 2: Recursive Model A A second alternative model is to develop a model that generates a single word forecast and call it recursively.
That is, the decoder uses the context vector and the distributed representation of all words generated so far as input in order to generate the next word. A language model can be used to interpret the sequence of words generated so far to provide a second context vector to combine with the representation of the source document in order to generate the next word in the sequence. The summary is built up by recursively calling the model with the previously generated word appended (or, more specifically, the expected previous word during training). The context vectors could be concentrated or added together to provide a broader context for the decoder to interpret and output the next word.
Vocabsize =. Srctxtlength =. Sumtxtlength =. # source text input model inputs1 = Input(shape=(srctxtlength,)) am1 = Embedding(vocabsize, 128)(inputs1) am2 = LSTM(128)(am1) # summary input model inputs2 = Input(shape=(sumtxtlength,)) sm1 = = Embedding(vocabsize, 128)(inputs2) sm2 = LSTM(128)(sm1) # decoder output model decoder1 = concatenate(am2, sm2) outputs = Dense(vocabsize, activation='softmax')(decoder1) # tie it together article, summary word model = Model(inputs=inputs1, inputs2, outputs=outputs) model.compile(loss='categoricalcrossentropy', optimizer='adam'). Compile ( loss = 'categoricalcrossentropy', optimizer = 'adam' ) This is better as the decoder is given an opportunity to use the previously generated words and the source document as a context for generating the next word. It does put a burden on the merge operation and decoder to interpret where it is up to in generating the output sequence.
Alternate 3: Recursive Model B In this third alternative, the Encoder generates a context vector representation of the source document. This document is fed to the decoder at each step of the generated output sequence. This allows the decoder to build up the same internal state as was used to generate the words in the output sequence so that it is primed to generate the next word in the sequence. This process is then repeated by calling the model again and again for each word in the output sequence until a maximum length or end-of-sequence token is generated. Vocabsize =.
Srctxtlength =. Sumtxtlength =. Compile ( loss = 'categoricalcrossentropy', optimizer = 'adam' ) Do you have any other alternate implementation ideas? Let me know in the comments below.
Further Reading This section provides more resources on the topic if you are looking go deeper. Papers., 2015. Related. Summary In this tutorial, you discovered how to implement the Encoder-Decoder architecture for text summarization in the Keras deep learning library.
Specifically, you learned:. How text summarization can be addressed using the Encoder-Decoder recurrent neural network architecture. How different encoders and decoders can be implemented for the problem. Three models that you can use to implement the architecture for text summarization in Keras. Do you have any questions?
Ask your questions in the comments below and I will do my best to answer. Hi Jason, thank you for the article. I tried combining the first approach with the dataset from your article about preparation of news articles for text summarization. Unfortunately, I cannot get the Encoder-Decoder architecture to work, maybe you can provide some help.
Thanks for your help, all the three models now work for me, thanks also to your article on How to generate a Neural Language Model. I am getting some words in output, but this is far from summary.
However, I am having one more basic query. In your second and third model, there are two inputs: the article, and the summary. Now, while training the model, this is fine. But when predicting the output or generating the summary, the summary will not be known. So how do we input the second input, should it be zeros in place of word indexes? Please suggest. Sir, i have summary of shape (3000,100,12000) i.e 3000- examples, 100- maximum length of summary and 12000- vocab size.
Now i need to convert this shape into categorical values to fins loss using keras tocategorical. But i am getting memory error. I have 8 gb RAM. Please provide appropriate solution. Is it necessary to convert summaries into categorical or can’t we use embedding on summaries too.If we can then what should be loss because for categorical cross entropy loss we need to convert our summaries into one hot encodings.
Many people are facing this problem. Plz suggest solution. Hi Jason, thank you for your post, it has been very helpful to approach the problem. What I don’t understand is the network’s training process. I mean, we don’t have the summary of our document (in the test set), so I suppose that, at the beginning, we start with a zero sequence as summary input. Then, during the training phase, my guess is that we need to cycle all the words in the summary and set those words as output.
So, in terms of number of iteration, we need to perform a “train” operation for each word in the summary, for each entry in our dataset and repeat the process for some epochs. In some way the process is not really clear in my mind. Could you point me to some resources to understand the training process?
When I implement ( Recursive Model B ) I phase issue with the summary input layer. How to make keras to push output word into the summary layer input.
Greetings Jason, I was hoping you could figure out the following: In the Recursive Models A & B, I notice that you use two Embedding layers, one for each input: Input1(source) Embeddding1 Input2(summary) Embedding2. I know that an embedding layer is composed of the information (shape & weights) of a trained word2vec or glove model—I have trained a word2vec model on the source—-what I don’t know is if in your code the Embedding1 and Embedding2 layers are the same, or if I have to train a word2vec model for the summaries as well to create the Embedding2 layer the same, or if I have to create a word2vec model of the and I know that these are composed of the shape of the weights of the word2vec model. What I don’t know is the following.